Friday 21 July 2006

Jagalah Aqidah Mu

Got tis in my email..i Shudder
Janganlah ada di antara kita yang tergolong diantara orang-orang yang Allah keji & benci.
Entah lah betul ke tidak story ni, biarlah dibuat sebagai iktibar...
Jauhilah Daripada Melakukan  Benda Yang Tidak Diberkati Allah swt.



Sebagai seorang anak yang berbakti kepada orang tuanya, Hasan (bukan nama sebenarnya), mengajak ibunya untuk menunaikan rukun  Islam yang kelima.
Sarah  (juga bukan nama sebenarnya), sang Ibu, tentu senang dengan ajakan anaknya  itu. Sebagai muslim yang mampu secara material,mereka memang berkewajiban  menunaikan ibadah Haji.
Segala kelengkapan sudah disiapkan. ibu anak-anak ini akhirnya berangkat ke tanah suci.

Keadaan keduanya sihat walafiat, tak kurang satu apapun. Tiba harinya mereka  melakukan thawaf dengan hati dan niat ikhlas menyeru panggilan Allah,  Tuhan Semesta Alam.
 "Labaik Allahuma labaik, aku datang memenuhi seruanMu  ya Allah".

Hasan menggandeng ibunya dan berbisik, "Ummi undzur  ila Ka'bah (Bu, lihatlah  Ka'bah)." Hasan menunjuk kepada bangunan empat persegi berwarna hitam itu.  Ibunya yang berjalan di sisi anaknya tak beraksi dia  terdiam.

Perempuan itu sama sekali tidak melihat apa yang ditunjukkan oleh anaknya. Hasan kembali membisiki ibunya. Ia tampak bingung  melihat raut wajah ibunya.  Di wajah ibunya tampak kebingungan. Ibunya sendiri tak  mengerti mengapa ia  tak bisa melihat apapun selain kegelapan. beberapakali  ia mengusap-usap  matanya, tetapi kembali yang tampak hanyalah  kegelapan. Padahal, tak ada masalah dengan kesihatan matanya. Beberapa minit yang lalu dia masih melihat segalanya dengan jelas, tapi mengapa  memasuki Masjidil Haram segalanya menjadi gelap gulita. Tujuh kali Haji  Anak yang sholeh itu bersimpuh di hadapan Allah. Ia shalat memohon ampunan-Nya.

Hati Hasan begitu sedih. Siapapun yang datang ke Baitulah, mengharap rahmatNYA.Terasa hampa menjadi tamu Allah, tanpa menyaksikan segala kebesaran-Nya, tanpa merasakan kuasa-Nya dan juga rahmat-Nya. Hasan tidak berkecil hati, mungkin dengan ibadah dan  taubatnya yang sungguh-sungguh, Ibundanya akan dapat merasakan anugerah-Nya, dengan menatap  Ka'bah, kelak. Anak yang soleh itu berniat akan  kembali membawa ibunya  berhaji tahun depan. Ternyata nasib baik belum  berpihak kepadanya. Tahun berikutnya kejadian serupa terulang lagi. Ibunya  kembali dibutakan didekat Ka'bah, sehingga tak dapat menyaksikan bangunan yang merupakan symbol persatuan umat Islam itu. Wanita itu tidak dapat melihat Ka'bah. Hasan tidak patah arang. Ia kembali membawa ibunya ke  tanah suci tahun berikutnya. Anehnya, ibunya tetap saja tak dapat melihat Ka'bah.  Setiap berada di  Masjidil Haram, yang tampak di matanya hanyalah gelap  dan gelap. Begitulah keganjilan yang terjadi pada diri Sarah.  hingga kejadian itu  berulang sampai tujuh kali menunaikan ibadah haji.Hasan tak habis fikir, dia  tak mengerti, apa yang menyebabkan ibunya menjadi buta  di depan Ka'bah. Padahal, setiap kali berada jauh dari Ka'bah, penglihatannya selalu normal.  Dia bertanya-tanya, apakah ibunya punya kesalahan  sehingga mendapat azab  dari Allah SWT ?. Apa yang telah diperlakukan ibunya, sehingga mendapat  musibah seperti itu ? Segala pertanyaan berkecamuk dalam dirinya. Akhirnya  diputuskannya untuk mencari seorang alim ulama, yang dapat membantu  permasalahannya.


Beberapa saat kemudian ia mendengar ada seorang ulama  yang terkenal kerana  kesohlehannya dan kebaikannya di Abu Dhabi (Uni  Emirat). Tanpa kesulitan  bererti, Hasan dapat bertemu dengan ulama yang  dimaksud. Ia pun mengutarakan  masalah kepada ulama yang soleh ini. Ulama itu mendengarkan dengan saksama,  kemudian meminta agar Ibu Hasan perlu menelefonnya.Anak yang berbakti ini  pun pulang. Setibanya di tanah kelahirannya, dia meminta ibunya untuk  menghubungi ulama di Abu Dhabi tersebut.  Beruntung, sang Ibu mau memenuhi permintaan anaknya. Ia pun menelefon ulama  itu, dan menceritakan kembali peristiwa yang dialaminya di tanah suci.

Ulama  itu kemudian meminta Sarah introspeksi, mengingat  kembali, mungkin ada perbuatan atau peristiwa yang terjadi padanya di masa  lalu, sehingga ia tidak mendapat rahmat Allah. Sarah diminta untuk  bersikap terbuka, mengatakan dengan jujur, apa yang telah dilakukannya.  "Anda harus berterus-terang kepada saya, karana masalah anda bukan  masalah senang," kata  ulama itu pada Sarah. Sarah terdiam sejenak. Kemudian  dia meminta waktu  untuk memikirkannya. Tujuh hari berlalu, akan tetapi  ulama itu tidak  mendapat sebarang khabar dari Sarah.

Pada minggu kedua setelah percakapan pertama mereka,  akhirnya Sarah menelefon. "Ustaz, waktu masih muda, saya bekerja sebagai jururawat di rumah sakit," cerita Sarah akhirnya.

 "Oh, bagus..... Pekerjaan jururawat adalah pekerjaan  mulia," potong ulama itu.  "Tapi saya mencari wang sebanyak-banyaknya dengan berbagai cara, tidak peduli,  apakah cara saya itu  halal atau haram," ungkapnya terus terang. Ulama itu terkejut. Ia tidak  menyangka wanita itu akan berkata demikian.

 "Disana...." sambung Sarah, "Saya sering kali menukar  bayi, karana tidak semua ibu senang dengan bayi yang telah dilahirkan.  Kalau ada yang menginginkan anak laki-laki, padahal bayi yang dilahirkannya perempuan, dengan imbuhan wang, saya tukar bayi-bayi itu sesuai  dengan keinginan mereka."

Ulama tersebut amat terkejut mendengar penjelasan Sarah. "Astagfirullah......"  betapa tega wanita itu menyakiti hati para ibu yang diberi amanah Allah untuk  melahirkan anak. bayangkan, betapa banyak keluarga  yang telah dirosaknya, sehingga tidak jelas nasabnya.  Apakah Sarah tidak  tahu, bahawa dalam Islam menjaga nasab atau keturunan  sangat penting. Jika  seorang bayi ditukar, tentu nasabnya menjadi tidak  jelas. Padahal, nasab ini sangat menentukan dalam perkawinan,  terutama dalam masalah mahram atau muhrim, iaitu orang-orang yang  tidak boleh dinikahi."Cuma itu yang saya lakukan," ucap Sarah.

"Cuma itu ?"  tanya ulama terperanjat.
"Tahukah anda bahawa perbuatan anda itu dosa yang luar  biasa, betapa banyak  keluarga yang sudah anda hancurkan!". ucap ulama  dengan nada tinggi."Lalu  apa lagi yang Anda kerjakan?  "tanya ulama itu lagi sedikit kesal.

"Di rumah sakit,  saya juga melakukan tugas memandikan orang mati."  "Oh bagus, itu juga pekerjaan mulia," kata ulama.

"Ya,  tapi saya memandikan  orang mati karana ada kerja sama dengan tukang sihir."  "Maksudnya?" tanya  ulama tidak mengerti.
"Setiap saya bermaksud  menyengsarakan orang, baik membuatnya mati atau sakit, segala perkakas sihir itu  sesuai dengan  syaratnya, harus dipendam di dalam tanah. Akan tetapi  saya tidak  menguburnya  di dalam tanah, melainkan saya masukkan benda-benda itu ke dalam mulut  orang yang mati."

"Suatu kali, pernah seorang alim meninggal dunia. Seperti biasa, saya  memasukkan berbagai barang-barang tenung seperti jarum, benang dan lain-lain  ke dalam mulutnya. Entah mengapa benda-benda itu  seperti terpental, tidak  hendak masuk, walaupun saya sudah menekannya dalam-dalam.  Benda-benda itu selalu kembali keluar. Saya cuba lagi  begitu seterusnya berulang-ulang. Akhirnya, emosi saya memuncak, saya masukkan benda itu dan saya jahit mulutnya. Cuma itu dosa yang saya lakukan."  Mendengar pertuturan  Sarah yang datar dan tanpa rasa dosa, ulama itu  berteriak marah.

"Cuma itu yang kamu lakukan ?". "MasyaAllah....!!! Saya tidak dapat bantu anda.  Saya angkat tangan".Ulama itu amat sangat terkejutnya  mengetahui perbuatan  Sarah. Tidak pernah terbayang dalam hidupnya ada  seorang manusia, apalagi  dia adalah wanita, yang memiliki nurani begitu tega, begitu keji. Tidak  pernah terjadi dalam hidupnya, ada wanita yang melakukan perbuatan sekeji itu. Akhirnya ulama itu berkata, "Anda harus memohon  ampun kepada Allah, kerana hanya Dialah yang dapat mengampuni dosa Anda."

Bumi menolaknya. Setelah beberapa lama, sekitar tujuh  hari kemudian ulama tidak mendengar khabar selanjutnya dari Sarah. Akhirnya ia mendapat tahu dengan menghubunginya melalui telepon. Ia berharap  Sarah telah bertaubat atas segala yang telah diperbuatnya. Ia berharap Allah  akan mengampuni dosa  Sarah, sehingga Rahmat Allah datang kepadanya.Kerana tak juga memperoleh  khabar, ulama itu menghubungi keluarga Hasan di Mesir. Kebetulan yang menerima telepon adalah Hasan sendiri.  Ulama menanyakan  khabar Sarah,ternyata khabar duka yang diterima ulama  itu. "Ummi sudah meninggal dua hari setelah menelefon ustad," ujar Hasan. Ulama itu terkejut  mendengar khabar tersebut.

"Bagaimana ibumu meninggal,  Hasan ?". tanya  ulama  itu.
 Hasan pun akhirnya bercerita : Setelah menelefon ulama, dua hari kemudian ibunya jatuh sakit dan meninggal dunia. Yang mengejutkan adalah peristiwa penguburan Sarah.

Ketika tanah sudah digali, untuk kemudian dimasukkan  jenazah atas izin Allah, tanah itu rapat kembali, tertutup dan mengeras.  Para penggali mencari  lokasi lain untuk digali. Peristiwa itu berulang  kembali. Tanah yang sudah  digali kembali menyempit dan tertutup rapat. Peristiwa  itu berlangsung  begitu cepat, sehingga tidak seorangpun penghantar  jenazah yang menyedari  bahawa tanah itu kembali rapat.Peristiwa itu terjadi berulang-ulang. Para penghantar  yang menyaksikan peristiwa itu merasa ngeri dan merasakan sesuatu yang  aneh terjadi.Mereka yakin, kejadian tersebut pastilah berkaitan dengan perbuatan si mayat.

Waktu terus berlalu, para penggali kubur putus-asa  kerana pekerjaan mereka  tak juga selesai. Siang pun berlalu, petang menjelang,  bahkan sampai hampir  maghrib, tidak ada satu pun lubang yang berhasil  digali. Mereka akhirnya  pasrah, dan beranjak pulang.
Jenazah itu dibiarkan saja tergeletak di  hamparan tanah kering kerontang.

Sebagai anak yang begitu sayang dan hormat kepada ibunya, Hasan tidak tega  meninggalkan jenazah orang tuanya ditempat itu tanpa  dikubur. Kalaupun  dibawa pulang, rasanya tidak mungkin. Hasan termenung  di tanah perkuburan  seorang diri. Dengan izin Allah, tiba-tiba berdiri seorang laki-laki yang  berpakaian hitam panjang, seperti pakaian khusus orang Mesir.

Lelaki itu tidak tampak wajahnya, kerana terhalang  tutup kepalanya yang menjorok ke depan. Laki-laki itu mendekati Hasan kemudian berkata padanya," Biar aku tangani jenazah ibumu, pulanglah!". kata orang itu. Hasan lega mendengar bantuan orang tersebut, Ia berharap laki-laki itu akan  menunggu jenazah ibunya. Syukur-syukur menggali  lubang dan kemudian mengebumikan ibunya. "Aku minta supaya kau jangan menengok ke belakang, sampai tiba di rumahmu, "pesan lelaki itu. Hasan mengangguk, kemudian ia meninggalkan pemakaman. Belum sempat ia di luar lokasi pemakaman,terselit keinginannya untuk mengetahui apa yang terjadi dengan  jenazah ibunya. 

Sedetik kemudian ia menengok ke belakang. Betapa pucat  wajah Hasan, melihat  jenazah ibunya sudah dililit api, kemudian api itu  menyelimuti seluruh  tubuh  ibunya. Belum habis rasa herannya, sedetik kemudian dari arah yang  berlawanan, api menerpa wajah Hasan. Hasan ketakutan.Dengan langkah seribu,  dia pun bergegas meninggalkan tempat itu. Demikian  yang diceritakan Hasan  kepada ulama itu. Hasan juga mengaku, bahwa separuh wajahnya yang tertampar  api itu kini berbekas kehitaman kerana terbakar.

Ulama itu mendengarkan dengan seksama semua cerita  yang diungkapkan Hasan.  Dia menyarankan, agar Hasan segera beribadah dengan  khusyuk dan meminta  ampun atas segala perbuatan atau dosa-dosa yang pernah dilakukan oleh  ibunya. Akan tetapi, ulama itu tidak menceritakan kepada Hasan, apa yang  telah diceritakan oleh ibunya kepada ulama itu. Ulama  itu meyakinkan Hasan,  bahwa apabila anak yang soleh itu memohon ampun dengan sungguh-sungguh,  maka  bekas luka di pipinya dengan izin Allah akan hilang. Benar saja,tak berapa lama kemudian Hasan kembali  memberitahu ulama itu, bahawa lukanya yang dulu amat terasa sakit dan panas  luar biasa, semakin hari bekas kehitamannya hilang.

Tanpa tahu apa yang  telah dilakukan ibunya selama hidup, Hasan tetap mendoakan ibunya. Ia berharap, apapun perbuatan dosa yang telah dilakukan oleh ibunya, akan diampuni  oleh Allah SWT.

Semoga kisah nyata dari Mesir ini bisa menjadi pelajaran bagi kita semua.

Wang $50.000 atau $50 kelihatan begitu besar bila dibawa ke kotak derma masjid, tetapi begitu kecil bila kita bawa ke supermarket.

45 minit terasa  terlalu lama untuk berzikir tapi betapa pendeknya waktu itu untuk pertandingan bola sepak.

Semua insan ingin memasuki  syurga tetapi tidak ramai yang berfikir dan berbicara tentang bagaimana  untuk memasukinya.

Kita mengirimkan ribuan 'jokes' dan 'surat berantai'  melalui e-mail tetapi  bila mengirimkan yang berkaitan dengan ibadah seringkali berfikir 2 atau 3  kali.

OLEH ITU JANGAN BIARKAN DIRI KITA INI MENJADI SEBAHAGIAN DARI KELUCUAN TERSEBUT, INSYA'ALLAH.



3 comments :